وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
Artinya: Dan sungguh sungguh Kami telah mengutus seorang rasul pada tiap tiap umat (untuk menyerukan): "Ber`ibadatlah kalian kepada Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu , ada orang orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kalian dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang orang yang mendustakan (rasul rasul). (QS. An-Nahl : 36).
Marilah kita simak penafsiran ayat yang mulia ini; berkata As Syaikh Abdurahman As Sa’diy Rahimahullahu Ta`aala : “Allah Jalla wa `Alaa telah mengkhabarkan kepada kita bahwa hujjahNya telah tegak atas seluruh umat, bahwasanya tidak ada satu ummat dari umat terdahulu maupun yang terakhir, melainkan Allah Jalla Sya`nuHu telah mengutus kepada umat tersebut seorang Rasul `Alaihis Sholaatu was Salaam, dimana seluruh Rasul `Alaimus Sholaatu was Salaam telah sepakat diatas satu da`wah, satu Din (Agama Islam), yaitu: “dakwah kepada untuk ber`ibadah kepada Allah saja yang tidak ada sekutu bagiNya,”
أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ terbagilah ummat tersebut kepada dua bahagian, sesuai dengan penerimaan mereka terhadap da`wah para RasulNya atau tidak menerimanya, ada diantara merela menerima seruan Rasul `Alaihis Sholaatu was Salaam tersebut, ada yang mengingkarinya, maka jadilah dua golongan, [فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ]’’ “diantara mereka ada orang orang diberi petunjuk oleh Allah”, maksudnya mereka yang mengikuti para rasulNya secara ilmu dan `amalan,[وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ]’’ “dan diantara mereka ada pula orang orang yang telah pasti kesesatan atasnya”, maksudnya mereka yg telah mengutamakan kesesatan daripada pentunjuk Rasulnya,{ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ}” “maka berjalanlah kalian dipermukaan bumi”, maksudnya, dengan badan-badan dan hati-hati kalian , فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ’’dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (Rasul-rasul `Alaihimus Sholaatu was Salaam)”, maksudnya, kalian akan melihat hal-hal yang menakjubkan, dan tidaklah kalian melihat orang orang yang mendustakan RasulNya melainkan kebinasaan yang mereka dapatkan”.
Al Imam Al Baghawiy menafsirkan ayat ini sebagai berikut :
Kata beliau : “Sebagaimana telah Kami utus pada kalian”. وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا
Â$ أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ (
Kata beliau : “Yang dimaksud ialah seluruh bentuk yang di`ibadati selain Allah”.
Bentuk thoghut amat banyak sekali, akan tetapi gembong-gembong thoghuut ada lima:
- Setan.
Thaghut (Syaithon) ini selalu menyeru dan mengajak manusia untuk ber`ibadah kepada selain Allah Tabaaraka wa Ta`aala.
Dalilnya adalah Allah Jalla wa `Alaa berfirman :
أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آَدَمَ أَنْ لَا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Artinya : “Bukankah Aku telah memerintahkan kepada kalian hai Bani Adam supaya kalian tidak meng`ibadati syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian". (Surah Yaasin : 60).
أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ’’ Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu”, maksudnya; telah diperintahkan atas kalian serta diwasiyatkan melalui lisan Rasul-Ku Shollallahu `alaihi wa Sallam (Aku telah katakan atas kalian): يَا بَنِي آَدَمَ أَنْ لَا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ’’hai Bani Adam jangan kalian meng`ibadati syaitan?” Maksudnya, jangan kalian taati ia!!! Ini merupakan celaan dari-Nya Tabaaraka wa Ta`aala, celaan ini masuk kepada seluruh jenis kekufuran dan kemaksiatan, sebab seluruhnya masuk kedalam melakukan keta`atan kepada syaithon dan dianggap telah ber`ibadah kepada syaithon tersebut, إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ Artinya: “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian", maka Saya telah memperingatkan kalian darinya dengan peringatan yang bersangatan, dan Saya larang kalian untuk menta`ati syaithan tersebut, dan telah Saya khabarkan kepada apa kalian diseru olehnya”.
2. Penguasa zholim yang mengubah hukum hukum Allah عز وجل
Seperti meletakan undang-undang yang menyelisihi Din Islam, dalilnya firman Allah Tabaaraka wa Ta`aala sebagai pengingkaran atas orang orang musyrik yang telah membuat syari`at (undang-undang) yang tidak diridhoi Allah Jalla wa `Alaa.
÷
÷ أَمۡ لَهُمۡ شُرَڪَـٰٓؤُاْ شَرَعُواْ لَهُم مِّنَ ٱلدِّينِ مَا لَمۡ يَأۡذَنۢ بِهِ ٱللَّهُ
Artinya : “Apakah mereka mempunyai sekutu-sekutu selain Allah mensyari`atkan untuk mereka Din (agama) yang tidak diizinkan Allah?’’ (QS. As Syuuraa : 21)
Berkata As Syaikh `Abdurahman As Sa`diy ketika menafsirkan ayat yang mulia ini : “Allah عز وجل telah mengkhabarkan bahwa kaum musyrikin mengambil sekutu-sekutu selain Allah عز وجل , mereka mencintainya, mereka bersyirikat dengan sekutu tersebut dalam kekufuran dan `amalan-`amalannya, syaithan dari kalangan manusia dan jin, dan da`i-da`i (penyeru/penda`wah) kepada kekufuran.
{ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ }
Artinya : “mereka mensyari`atkan untuk mereka Din (agama) yang tidak diizinkan Allah?’’
Maksudnya : Dari bentuk syirik dan bid`ah, mengharamkan apa yang dihalalkan Allah, menghalalkan apa yang diharamkanNya, dan semisalnya yang mencocoki hawa nafsu mereka.
Padahal Ad Din (Agama) tidak akan tegak melainkan dengan apa yang telah disyari`atkan Allah Ta`aala, agar para hambaNya beragama dan mendekatkan dirinya kepada Allah Subhaana wa Ta`aala dengan Din tersebut.
Pada dasarnya hendaklah setiap pribadi manusia berhati-hati dari membuat satu syari`at yang tidak datang dari Allah Subhaana wa Ta`aala dan RasulNya Shollallahu `alaihi wa Sallam. Apalagi bagi mereka yang fasiq, dimana mereka sepakat bersama nenek moyang mereka di atas kekufuran”.
3 Seorang hakim yang berhukum selain dengan hukum Allah تعالى , apabila dia beri`tiqad bahwa hukum Allah Ta`aala tidak relevan lagi dengan zaman, atau dia membolehkan hukum selain hukum Allah.
Allah berfirman :
4 وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّه فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُون
Artinya: “Barangsiapa yang tidak berhukum menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang orang yang kafir.” (QS. Al Maidah : 44)
Ayat ini merupakan salah satu dari sekian ayat dalam al Quran dijadikan oleh golongan-golongan yang sesat dan menyesatkan, dimana mereka sangat ngotot untuk mengkafirkan secara mutlak pemerintah muslim yang zholim yang tidak berhukum dengan hukum Allah Tabaaraka wa Ta`aala, seperti NII (Negara Islam Indonesia), MMI (Majelis Mujahidin Indonesia), HT (Hizbut Tahriir-lebih cocok firqah sesat ini dikatakan Hizbut Takfiir), sedangkan Al Imam Al Baaniy rahimahullahu Ta`aala menamakan mereka ini (HT) Mu`tazilah Gaya Baru, demikian juga Firqah Al Ikhwanul Muslimin yang kesemuanya berporos atas penafsiran dengan hawa nafsu mereka, bukan diatas penafsiran para shahabat Rasulillahi Shallallahu `alaihi wa sallam.
Untuk itu marilah kita simak paparan Asy-Syaikh Abdur-Rahman As-Sa’diy Rahimahullah;” وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ’’ “Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah”, maksudnya dari yang haq dan nyata kebenarannya, berhukum dengan kebatilan yang ia ketahui semata-mata untuk melegalkan dari penetangan serta melakukan kerusakan, فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَartinya; “maka mereka itu adalah orang orang yang kafir”. Maksudnya, berhukum dengan selain yang diturunkan Allah Tabaaraka wa Ta`aala merupakan salah satu dari `amalan-`amalan kekufuran, terkadang menjadikan seorang kufur keluar dari Din Islam, apabila ia berkeyakinan akan halalnya dan bolehnya untuk berhukum dengan selain hukum Allah Tabaaraka wa Ta`aala. Jika tidak demikian pelakunya hanya menjadikan seseorang terhukumi telah berbuat dosa besar, serta termasuk dari dosa-dosa besar, tidak mengeluarkan ia dari agamanya (Islam), sungguh berhak dia mendapatkan `adzab yang pedih”.
4. Orang yang mengaku-ngaku mengetahui `ilmu ghaib selain Allah Jalla wa `Alaa.
Allah berfirman:
قُل لَّا يَعۡلَمُ مَن فِى ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ ٱلۡغَيۡبَ إِلَّا ٱللَّهُ
Artinya: Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara ghaib, kecuali Allah". (QS. An-Naml: 65).
Berkata As Syaikh `Abdurrahman As Sa`diy rahimahullahu Ta`aala: Allah تعالى mengkhabarkan bahwa Dia sajalah mengetahui perkara ghaib di langit dan di bumi, sebagaimana disurat yang lain berkata Allah تعالى :
وَعِندَهُ ۥ مَفَاتِحُ ٱلۡغَيۡبِ لَا يَعۡلَمُهَآ إِلَّا هُوَۚ وَيَعۡلَمُ مَا فِى ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِۚ وَمَا تَسۡقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلَّا يَعۡلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ۬ فِى ظُلُمَـٰتِ ٱلۡأَرۡضِ وَلَا رَطۡبٍ۬ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِى كِتَـٰبٍ۬ مُّبِينٍ۬
Artinya : “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)". (QS. Al An’am: 59).
إِنَّ ٱللَّهَ عِندَهُ ۥ عِلۡمُ ٱلسَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ ٱلۡغَيۡثَ وَيَعۡلَمُ مَا فِى ٱلۡأَرۡحَامِۖ وَمَا تَدۡرِى نَفۡسٌ۬ مَّاذَا تَڪۡسِبُ غَدً۬اۖ وَمَا تَدۡرِى نَفۡسُۢ بِأَىِّ أَرۡضٍ۬ تَمُوتُۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرُۢ (٣٤)
Artinya; “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisiNya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. Luqman: 34).
Maka perkara perkara ghaib tersebut, Allah Tabaaraka wa Ta`aala mengkhususkan hanya pada sisiNya sajalah ilmu ghaib itu, tidak ada yang mengetahuinya walaupun malaikat yang paling terdekat, dan juga nabi `Alaihis Sholaatu was Salaam yang diutus. Apabila Dia satu satunya mengetahui perkara ghaib tesebut, `ilmuNya meliputi hal-hal yang tersembunyi, dan yang tertutup, maka tidak ada yang pantas untuk di`ibadati kecuali Dia Subhaana wa Ta`aala saja, kemudian Allah Ta`aala mengkhabarkan tentang lemahnya `ilmu para pendusta di akhirat”.
5. Seseorang atau sesuatu yang diibadahi dan diminta pertolongan oleh manusia selain Allah, sedangkan ia rela dengan yang demikian.
Allah berfirman;
وَمَن يَقُلۡ مِنۡہُمۡ إِنِّىٓ إِلَـٰهٌ۬ مِّن دُونِهِۦ فَذَٲلِكَ نَجۡزِيهِ جَهَنَّمَۚ كَذَٲلِكَ نَجۡزِى ٱلظَّـٰلِمِينَ
Artinya: Dan barangsiapa di antara mereka, mengatakan: "Sesungguhnya Aku adalah ilaahun (yang di`ibadati) selain daripada Allah", maka orang itu Kami beri balasan dengan Jahannam, demikian Kami memberikan pembalasan kepada orang orang zholim”. (QS.Al Anbiyaa : 29).
Berkata As Syaikh `Abdurrahmaan As Sa`diy rahimahullahu Ta`aala : “Tatkala Allah Tabaaraka wa Ta`aala menerangkan bahwa tidak ada haq bagi mereka dalam peng`ubudiyahan, dan sedikitpun mereka tidak berhak untuk di`ibadahi dengan apa-apa yang disifatkan mereka dengannya daripada sifat-sifat yang menuntut pada demikian; dan Allah Ta`aala juga menyebutkan bahwa tidak ada bahagian bagi mereka dan tidak juga hanya sekedar da`waan saja, bahwasanya barang siapa yang mengatakan dikalangan mereka : sesungguhnya saya adalah ilaahun (ma`buudun/yang di`ibadati) selain dari Allah Tabaaaraka wa Ta`aala dengan bentuk mewajibkan dan penekanan.”
Setiap mukmin wajib menginkari thoghut, sehingga dia menjadi seorang mu`min yang lurus. Allah Tabaaraka wa Ta`aala berfirman:
Iلَآ إِكۡرَاهَ فِى ٱلدِّينِۖ قَد تَّبَيَّنَ ٱلرُّشۡدُ مِنَ ٱلۡغَىِّۚ فَمَن يَكۡفُرۡ بِٱلطَّـٰغُوتِ وَيُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱسۡتَمۡسَكَ بِٱلۡعُرۡوَةِ ٱلۡوُثۡقَىٰ لَا ٱنفِصَامَ لَهَاۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيم
Artinya : “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al Baqarah: 256).
Berkata Asy Syaikh `Abdurrahman As Sa`diy rahimahullahu Ta`aala : “Ini merupakan penjelasan terhadap sempurnanya Ad Din Al Islamiy ini, sungguh sangat sempurnanya dalil dalilnya, dan sangat jelasnya ayat-ayatnya dan wujudnya sebagai Din Al `Aqal, Al `Ilmi dan cocok dengan Al Fithrah serta Al Hikmah, Din yang sangat baik dan memperbaiki, Din yang haq dan menuntun, dikarenakan kesempurnaannya dan diterimanya oleh fithrah maka tidak menghajatkan untuk pemaksaan atasnya, “Allah تعالى mengkhabarkan bahwa tidak ada paksaan di dalam Ad Diin (Agama Islam) dikarenakan tidak adanya kebutuhan atasnya, sebab biasanya suatu pemaksaan itu tidak akan terjadi melainkan terhadap perintah yang masih bersifat tersembunyi pentunjuk-pentunjuknya, belum jelas hasilnya, atau terhadap suatu perintah yang amat tidak disukai bagi jiwa-jiwa, adapun Ad Diin (Agama Islam) ini telah tegak dan berada diatas jalan yang lurus, apatah lagi telah teramat jelas pentunjuknya bisa terditeksi oleh `aqal pikiran, dan jelas pula metode-metodenya, perintah-perintah Nya, pentunjuk dari kesesatan, seorang yang lurus (bersih) niatnya ketika ia melihat dengan seksama kepada Agama lurus ini, maka ia akan dapatkan hasilnya sehingga ia akan menjadikan sebagai Dinnya (Agamanya).
Adapun seseorang yang jelek niatnya lagi rusak tujuannya, dan kotor jiwanya, ia melihat kebenaran akan tetapi yang dipilihnya kebatilan atasnya, dan ia sudah melihat sesuatu kebaikan namun kecenderungannya tetap kepada kejelekan, maka dalam hal seperti ini tiada kebutuhan bagi Allah untuk memaksakan atasnya AgamaNya, karena tidak ada hasil dan faedahnya didalamnya, orang yang terpaksa tiada baginya iman yang shohih.
Ayat yang mulia ini tidak menunjukan untuk meninggalkan memerangi kaum kufar yang memerangi kaum muslimin, hanya saja secara implisit (tersirat) bahwa dari sisi hakekat Din Islam ia wajib untuk diterima atas setiap orang yang `adil yang bermaksud mengikuti kebenaran. Adapun wajib atau tidaknya memerangi kaum kufar tidaklah bertentangan dengan ayat ini, hanya saja diambilnya kewajiban jihad fi sabililah dari nash-nash (dalil-dalil) yang lain. Akan tetapi di dalam ayat yang mulia ini ada dalil menunjukan atas diterimanya jizyah selain dari ahlul kitab sebagaimana yang telah disebutkan oleh mayoritas para ulama. Maka barang siapa yang kufur (mengingkari) thoghut sehingga meninggalkan per`ibadatan selain kepada Allah Tabaaraka wa Ta`aala dan ketaatan kepada syaithon, lalu dia beriman kepada Allah Subhaana wa Ta`aala keimanan yang sempurna, maka telah diwajibkan atas dirinya untuk beribadah dan ta`at kepada Rabbnya Jalla wa `Alaa-{ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى] Artinya: “maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat”.
Maksudnya: Dengan Din Islam yang kokoh bangunan-bangunannya, tetap pondasinya, maka orang yang berpegang dengannya adalah orang yang tsiqah (terpecaya lagi jujur) atas perintahNya, sehingga secara otomatis ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang { لَا انْفِصَامَ لَهَا}Artinya: ”yang tidak akan putus”.
Adapun orang yang sebaliknya terhadap perintahNya, dia kufur kepada Allah Jalla Sya`nuHu, lalu beriman kepada thoghut, maka telah mutlaklah perlindungan Allah Tabaaraka wa Ta`aala dan keselamatanNya atas orang-orang yang berpegang teguh dengan buhul tali yang amat kuat tersebut. Sedangkan orang yang berpegang dengan segala jenis kebathilan, sudah tentu kebathilan tersebut akan mengantarkannya kepada nereka jahiim.
{ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ]Artinya; “Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. Maksudnya; Allah Jalla wa `Alaa Maha Mendengar seluruh suara dengan segala jenis bahasa dengan segala bentuk hajat, dan Maha Mendengar do`a seseorang yang berdo`a dan ketundukan orang orang yang menghinakan diri kepadaNya. Dan Maha Ber`ilmu dengan apa-apa yang disembunyikan dalam dada, dan segala apapun yang tersembunyi, kemudian Allah Jalla wa `Alaa akan membalas setiap pribadi manusia sesuai dengan apa yang Dia Ketahui dari niatnya dan `amalannya”.
Ayat ini merupakan dalil bahwa seluruh `ibadah kepada Allah Subhaana wa Ta`aala sama sekali tidak bermanfa`at bagi orang yang melakukannya, kecuali dengan menjauhi seluruh bentuk `ibadah kepada selainNya. Rasulullah shollallahu `alaihi wa Sallam menegaskan hal ini dalam satu hadist :
من قال: لا إله إلا الله، وكفر بما يعبد من دون الله، حرم ماله ودمه وحسابه على الله
Artinya : barang siapa yang mengucapkan لا إله إلا الله dan mengikari peribadatan selain kepada Allah Tabaaraka wa Ta`aalaa, maka diharamkan hartanya dan darahnya’’.
Demikian tulisan ini kami sajikan kehadapan pembaca sekalian dan kami akhiri dengan :
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت وأستغفرك وأتوب إليك
Rimbo Panjang – Markaz Ma`had Ta`zhiimus Sunnah As Salafiyah - 2 Muharram 1430 H / 31 Desember 2008 M.
Abul Mundzir/Al Ustadz Dzul Akmal Al Salafiy, Lc
Lihat : “Taisiirul Kariimir Rahmaan fi Tafsiiri Kalaamil Mannaan”, oleh Al `Allaamah As Syaikh `Abdurrahmaan As Sa`diy.
“Taisiirul Kariimir Rahmaan fii Tafsiir Kalaamil Mannaan”, oleh As Syaikh `Abdurrahmaan As Sa`diy.